Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Siklus Hidup Dan Gambar Cacing Pita (Taenia Solium Dan Taenia Saginata) | Cacing Cestoda

       Cacing pita masuk dalam kelas Cacing Cestoda, Cacing ini mempunyai bentuk tubuh pipih panjang menyerupai pita sehingga disebut juga sebagai cacing pita. Tubuhnya dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu skoleks (kepala) dan strobilus. Setiap strobilus terdiri atas rangkaian segmen-segmen yang disebut proglotid. Proglotid dibentuk melalui pembelahan tranversal di
daerah leher, dan masing-masing mencakup kelengkapan kelabuin jantan dan betina, sehingga setiap proglotid dapat dipandang sebagai satu individu. Cacing ini hidup sebagai parasit pada babi atau sapi. misal anggota kelas ini adalah Taenia solium dan Taenia saginata. Berikut uraian kedua jenis cacing tersebut.
1) Cacing pita babi (Taenia solium)
      Cacing pita ini hidup pada saluran pencernaan babi dan bisa menular ke manusia. Panjang tubuhnya mencapai 3 m. Pada bagian kepala atau skoleks terdapat empat buah sucker dan kumpulan alat kait atau rostelum. Di sebelah belakang skoleks terdapat leher atau daerah perpantidakboleh (strobillus). Dari daerah inilah proglotid terbentuk melalui pembelahan transversal. Dalam kondisi yang optimal panjang tubuh cacing pita babi dapat mencapai 2,5-3 m dengan jumlah proglotid mencapai 1.000 buah. Cacing ini memiliki siklus hidup seperti pada gambar diberikut ini:

2) Cacing pita sapi (Taenia saginata)
      Taenia saginata tidak mempunyai rostelum (kait) pada skoleknya, dan secara umum tubuhnya mirip dengan T. solium. Cacing dewasa hidup sebagai parasit dalam usus manusia, masuk ke
dalam tubuh manusia melalui sapi sebagai hospes intermediet. Cacing ini tidak begitu berbahaya dibandingkan T. solium. Namun demikian cacing ini tetap merugikan, karena meng hambat penyerapan makanan dalam tubuh manusia.
     Siklus hidup cacing ini dimulai dari terlepasnya proglotid tua bersama feses manusia, pada gambar diatas. Di dalam setiap proglotid terdapat ribuan telur yang sudah dibuahi (zigot). Zigot tersebut kemudian berkembang menjadi larva onkosfer di dalam kulit telur. Jika telur tersebut termakan sapi, larva onkosfer akan menembus usus masuk ke dalam pembuluh darah atau pembuluh limfa dan akhirnya sampai di otot lurik. Di dalam otot sapi, larva onkosfer berubah menjadi kista dan berkembang menjadi cacing gelembung atau sisteserkus yang membentuk skoleks pada dindingnya.        Ketika daging sapi tersebut dimakan manusia (kemungkinan sisteserkus masih hidup), di dalam
usus manusia skoleks tersebut akan keluar lantas menempel pada dinding usus, kemudian tumbuh dewasa dan membentuk proglotidproglotid baru. Kemudian siklus hidupnya terulang kembali.